Madu merupakan pemanis paling tua yang pernah ada, kombinasi dari gula alami dan air dapat diserap oleh tubuh dengan lambat ini berarti bahwa kita mengalami lonjakan gula yang lebih sedikit. Madu adalah lebih dari gula sederhana yang mengandung sejumlah kecil dari sejumlah besar zat : vitamin, mineral, beberapa jenis enzim, dan asam amino. Zat-zat yang dimiliki oleh madu memliki kaitan yang erat dengan kesehatan dan sangat menguntungkan jika kita dapat mengkonsumsi madu murni.
Berdasarkan uji LAB madu tersusun atas : air, karbohidrat, protein,vitamin, mineral, enzim, serta beberapa jenis hormon dan unsur-unsur lainnya termasuk asam organik, asam amino, antioksidan dan antibiotik yang komposisinya berubah-ubah sesuai dengan jenis dan kualitas nektar atau sari bunga yang dihisap lebah.
Madu memiliki campuran kompleks dari gula, terutama fruktosa (gula yang terdapat secara alami dalam buah-buahan dan madu) dan glukosa dalam rasio perkiraan 1:1 (bervariasi menurut jenis madu). Tubuh tampaknya menyerap fruktosa madu tanpa efek negatif yang terkait dengan konsumsi fruktosa dalam isolasi, ini karena aksi sinergis dari hampir 200 zat yang terkandung dalam madu.
Madu adalah campuran dari gula dan senyawa lainnya. Sehubungan dengan karbohidrat, madu terutama fruktosa (sekitar 38,5%) dan glukosa (sekitar 31,0%), sehingga mirip dengan sirup gula sintetis diproduksi terbalik, yang sekitar 48% fruktosa, glukosa 47%, dan sukrosa 5%. Karbohidrat madu yang tersisa termasuk maltosa, sukrosa, dan karbohidrat kompleks lainnya. Madu juga mengandung sejumlah kecil dari beberapa senyawa dianggap berfungsi sebagai antioksidan, termasuk chrysin, pinobanksin, vitamin C, katalase, dan pinocembrin. Komposisi spesifik dari sejumlah madu tergantung pada bunga yang tersedia untuk lebah yang menghasilkan madu.
Analisa madu secara umum:
• Fruktosa: 38.2%
• Glukosa: 31.3%
• Maltosa: 7.1%
• Sukrosa: 1.3%
• Air: 17.2%
• Gula paling tinggi: 1.5%
• Abu (analisis kimia):0.2%
• Lain-lain: 3.2%
Kekentalan madu adalah sekitar 1,36 kilogram per liter. Atau sama dengan 36% lebih kental daripada air).
Madu menjadi salah satu minuman yang paling berkhasiat bagi kesehatan tubuh manusia. Ini dikarenakan, madu mengandung flavanoid, antioksidan serta probiotik yang sangat alami. Madu terdiri dari gula seperti glukosa dan fruktosa dan mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, natrium klor, belerang, besi, dan fosfat. Madu mengandung vitamin C, B1, B2, B6, B5 dan B3, yodium, dan seng. Ada sekitar 600 senyawa yang terkandung di dalam madu yang membuat madu memiliki berbagai manfaat yang berkaitan dengan kesehatan itu sendiri.
Karbohidrat madu termasuk tipe karbohidrat sederhana yang utamanya terdiri dari 38,5% fruktosa dan 31% glukosa. Sisanya 12,9% karbohidrat yang terbuat dari maltose, sukrosa dan gula lain.
Kandungan asam organik dalam madu antara lain : asam glikolat, asam format, asam laktat, asam sitrat, asam asetat, asam oksalat, asam malat, dan asam tartarat. Dari beberapa asam tersebut sangat bermanfaat bagi kesehatan yakni berguna bagi metabolisme tubuh, diantaranya asam oksalat, asam tartarat, asam laktat, dan asam malat. Bahkan dalam asam laktat terdapat kandungan zat laktobasilin yang dapat menghambat pertumbuhan sel kanker dan tumor. Asam amino bebas madu mampu membantu penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak.
Vitamin yang ada dalam madu di antaranya : B2 (Riboflavin), B5 (asam pantotenat), B6 (Piridoksin), A, C, K, dan betakaroten. Vitamin A berperan penting bagi pertumbuhan, perkembangan, dan mempertahankan kesehatan tubuh dan mata. Juga berkaitan dengan hormon adrenalin dan hormon teroid serta mengatur bekerjanya sel-sel saraf. B2 (Riboflavin) berfungsi membantu pertumbuhan dan reproduksi. Kekurangan riboflavin mengakibatkan bibir pecah-pecah, iritasi pada lidah, mata terasa gatal, dan seringkali terjadi katarak. B5 (Pantotenat) berperan dalam produksi hormon adrenalin dan sel-sel darah merah. B6 (Piridoksin) berperan penting sebagai benteng pertahanan keseimbangan hormon dan mengatur fungsi kekebalan. Vitamin C (berguna sebagai suplemen) sangat berguna bagi penyembuhan luka, antioksidan serta kekebalan.
Kandungan mineral yang ada dalam madu tergantung dari mana nectar (cairan yang dikeluarkan tumbuhan) atau sari bunga yang dihisapnya. Kandungan mineral seperti zat besi, tembaga dan mangan akan menjadikan madu berwarna gelap, sementara zat besi erat hubungannya dengan pewarnaan darah (hemoglobin). Beberapa kandungan mineral dalam madu adalah : Belerang (S), Kalsium (Ca), Tembaga (Cu), Mangan (Mn), Besi (Fe), Fosfor (P), Klor (Cl), Kalium (K), Magnesium (Mg), Yodium (I), Seng (Zn), Silikon (Si), Natrium (Na), Molibdenum (Mo) dan Alumunium (Al).
Tembaga sangat penting bagi manusia berkaitan dengan hemoglobin, dan kekurangan zat tersebut menyebabkan berkurangnya ketahanan tubuh, dan memicu meningkatkan kadar kolesterol. Mangan berfungsi sebagai antioksidan, dan berpengaruh besar dalam pengontrolan gula darah serta mengatur hormon teroid. Magnesium memegang peran penting dalam mengaktifkan fungsi replikasi sel, protein dan energi. Yodium berguna bagi pertumbuhan dan membantu dalam pembakaran kelebihan lemak pada tubuh. Jika kekurangan seng biasanya kesehatan menurun, mudah terjadi infeksi dan sering terjadi gangguan kulit seperti jerawat, dll. Adapun kegunaan kalsium dan fosfor sangat berguna bagi pertumbuhan tulang dan gigi. Besi membantu proses pembentukan sel darah merah. Magnesium, fosfor dan belerang berkaitan dengan metabolisme tubuh. Molibdenum berguna untuk pencegahan anemia dan penawar racun.
Seorang ilmuwan dari Universitas Illinois di Urbana, Amerika Serikat, menulis dalam Journal of Agricultural Research bahwa : khasiat masing-masing madu bisa saja berbeda, namun semua jenis madu pasti mengandung antioksidan. Secara lebih rinci Prof. DR. H. Muhilal, pakar gizi dari pusat Penelitian dan Pengembangan Gizi Bogor, menguraikan tentang kandungan gizi madu. Selain asam organik, dalam madu juga terdapat kandungan asam amino yang berkaitan dalam pembuatan protein tubuh (asam amino nonesensial). Selain asam amino nonesensial ada juga asam amino esensial diantaranya : Lysin, Histadin, Triptofan, dll.
Referensi :
1. ^ Nelson, R.W. and C. G. Couto. Small Animal Internal Medicine, 4th ed. 2009.
2. ^ Keeling, Linda K.; Gonyou, Harold W. (2001). Social behaviour in farm animals. CABI Publishing. hlm. 69. ISBN 0-8519-397-4 Check
|isbn=
value (help). 3. ^ a b c National Honey Board. "Carbohydrates and the Sweetness of Honey". Last accessed 2 Sep 2010.
4. ^ Oregon State University. "What is the relative sweetness of different sugars and sugar substitutes?". Accessed 2 Sep 2010.
5. ^ Lansing Prescott, John P. Harley, Donald A. Klein (1999). Microbiology. Boston: WCB/McGraw-Hill. ISBN 0-697-35439-3.
6. ^ Vaughn M. Bryant, Jr. (2001). "Pollen Contents of Honey". CAP Newsletter 24 (1): 10–24.
7. ^ a b Questions Most Frequently Asked About Sugar. American Sugar Alliance.
8. ^ USDA Nutrient Data Laboratory "Honey." Last accessed 24 August 2007.
9. ^ Martos I, Ferreres F, Tomás-Barberán F (2000). "Identification of flavonoid markers for the botanical origin of Eucalyptus honey". J Agric Food Chem 48 (5): 1498–502. doi:10.1021/jf991166q. PMID 10820049.
10. ^ Gheldof N, Wang X, Engeseth N (2002). "Identification and quantification of antioxidant components of honeys from various floral sources". J Agric Food Chem 50 (21): 5870–7. doi:10.1021/jf0256135. PMID 12358452.
11. ^ Beesource Beekeeping » Honey Composition and Properties. Beesource.com. Retrieved on 2011-02-06.
12. ^ Rainer Krell, (1996). Value-Added Products from Beekeeping (Fao Agricultural Services Bulletin). Food & Agriculture Organization of the UN. ISBN 92-5-103819-8.
13. ^ a b c d e f g (Indonesia)www. madu hutan.com/informasi/lebah hutan(dilihat tanggal 3 Mei 2011)
14. ^ National Honey Board. "Honey and Bees." Last accessed 10 January 2010.
15. ^ Val Whitmyre. "The Plight of the Honeybees." University of California. Retrieved 14 April 2007.
16. ^ Lusby, PE; Coombes, A, Wilkinson, JM (2002 Nov). "Honey: a potent agent for wound healing?". Journal of wound, ostomy, and continence nursing : official publication of The Wound, Ostomy and Continence Nurses Society / WOCN 29 (6): 295–300. PMID 12439453.
17. ^ a b Waikato Honey Research Unit – What's special about active manuka honey?. Bio.waikato.ac.nz. Retrieved on 2011-02-06.
18. ^ Honey as a topical antibacterial agent for treatment of infected wounds. Worldwidewounds.com (2002-02-15). Retrieved on 2011-02-06.
19. ^ Jennifer Eddy "UW study tests topical honey as a treatment for diabetic ulcers", UW Health's Eau Claire Family Medicine Clinic, University of Wisconsin–Madison (2007-05-02)
20. ^ a b Honey as an Antimicrobial Agent. Waikato Honey Research Unit. 16 November 2006. Diakses 2 June 2007.
21. ^ Bilsel, Y.; D. Bugra, S. Yamaner, T. Bulut, U. Cevikbas, and U. Turkoglu (16 January 2002). "Could Honey Have a Place in Colitis Therapy". Digestive Surgery 29 (4): 306–312. doi:10.1159/000064580.
22. ^ Molan, Peter C. (1992). "Honey for the treatment of infections". The New Zealand Beekeeper (Waikato Honey Research Unit) 216: 19–20. Diarsipkan dari aslinya tanggal 28 April 2007. Diakses 2007-06-03.